Misi Berawak Planet Mars
Mars adalah
planet terdekat keempat dari Matahari. Namanya diambil dari dewa perang Romawi,
Mars. Planet ini sering dijuluki sebagai "planet merah" karena tampak
dari jauh berwarna kemerah-kemerahan. Ini disebabkan oleh keberadaan besi
oksida di permukaan planet Mars . Wahana luar angkasa Rover Curiosity milik
NASA, menegaskan tentang apa yang selama ini ilmuwan telah perkirakan, yaitu
astronot yang tergabung dalam misi Mars, berisiko menerima dosis radiasi yang
melebihi batas normal. Rover Curiosity telah menghitung jumlah partikel angkasa
berenergi tinggi yang beredar selama 8 bulan perjalanannya ke Mars perhitungan
ini bahkan belum termasuk jumlah radiasi yang diterima selama berada di
permukaan planet Mars. Semakin lama waktu yang digunakan untuk menjelajahi luar
angkasa, dosis radiasi yang diterima semakin besar. Hal ini akan meningkatkan
risiko kanker yang dapat mempengaruhi karier astronot.
Jauh di luar
angkasa, proton merupakan partikel sub atomik bermuatan yang paling berlimpah
keberadaannya. Partikel proton ini berasal dari sistem tata surya kita maupun
yang datang dari luar tata surya misalnya yang berasal dari ledakan bintang
(supernova) dan dari sekitar lubang hitam (black holes). Radiasi kosmik luar
angkasa memiliki banyak energi yang berbahaya bagi manusia terutama berpotensi
menimbulkan kerusakan DNA manusia yang dapat memicu kanker maupun kelainan
genetik lainnya. Atmosfer bumi yang berlapis, medan magnet bumi dan pegunungan
yang menjulang tinggi, memberikan perlindungan pada manusia terhadap radiasi
kosmik, namun di luar angkasa, bahkan perisai aluminium dengan ketebalan 30
sentimeter pun, tidak melindungi astronot dari paparan radiasi kosmik galaksi.
ROBOT ROVER
ini adalah Robot
Rover dilengkapi dengan Radiation Assesment Detector (RAD), instrument yang
mengukur tingkat bahaya radiasi dengan menghitung jumlah partikel berenergi
yang menyentuh sensornya. Dari data yang diperoleh, dosis rata-rata radiasi
kosmik galaksi adalah 1.84 millisievert (mSv) per hari selama penerbangan Rover
ke planet Mars. Dosis ini setara dengan pasien yang menjalani full body CT scan
di rumah sakit setiap lima hari sekali.
Dari
beberapa jenis radiasi, proton, seperti halnya sinar X dan sinar Gamma,
dikelompokkan sebagai Low Linear Energy Transfer (LET), yaitu proton, sinar
gamma dan sinar X, tidak banyak kehilangan energinya ketika menembus materi.
Ilmuwan pada mulanya berasumsi bahwa proton memberikan efek bagi kesehatan
manusia sama seperti halnya sinar gamma dan sinar X. Namun Betsy Sutherland dan
Megumi Hada, dua ilmuwan dari laboratorium luar angkasa NASA, telah membuktikan
bahwa proton memiliki spektrum kerusakan yang sama dengan ion besi berenergi
tinggi dan partikel berat bermuatan lainnya. Spektrum ini bersifat mutagenik,
merusak untai ganda DNA manusia dan berpotensi menyebabkan kanker.
Wahana
Curiosity menjelajahi planet Mars didalam sebuah kapsul berukuran sama dengan
yang sedang dikembangkan bagi para astronot yang ingin menjelajahi asteroid dan
planet Mars. Para ahli harus mempertimbangkan dengan hati-hati jenis perisai
yang akan melindungi awak Mars dari radiasi proton dan bebatuan di angkasa.
Mengingat teknologi propulsi yang ada saat ini, waktu transit menuju planet
Mars akan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Jenis propulsi baru seperti plasma
dan roket termal nuklir, sedang dalam tahap pengembangan. Adanya teknologi
terbaru, diharapkan dapat memangkas waktu transit hingga hanya menjadi beberapa
minggu. Dengan demikian dosis radiasi yang diterima para astronot menjadi kecil
sehingga risiko kanker dapat ditekan.
Dr. Cary
Zeitlin (ilmuwan di Southwest Research Institute Boulder, Colorado) dan
koleganya dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, berencana
menggunakan hasil pengukuran dosis radiasi tersebut sebagai panduan bagi
pengembangan misi berawak planet Mars. Dengan asumsi menggunakan wahana luar
angkasa yang sama, aktivitas matahari yang sama serta waktu perjalanan selama
180 hari. Timnya juga telah menghitung total dosis radiasi yang diterima
astronot selama perjalanan dari dan ke planet Mars sebesar 660 mSv. Selama
karirnya sebagai astronot, seseorang hanya boleh menerima dosis radiasi
maksimal 1000 mSv. Jika seorang astronot menerima dosis radiasi lebih dari 1000
mSv, maka akan ada peningkatan risiko sebesar 5 % untuk terkena kanker fatal
dan kerusakan saraf serta penglihatan, karena itu para ilmuwan NASA tetap
berusaha untuk menjaga para astronotnya berada dalam risiko kurang dari 3 %. (Astu
N)
(Sumber : www.bbc.co.uk/news/science-environment-22718672,
http://phys.org/news11024.html#jCp)
http://www.infonuklir.com/read/detail/577/dilema-misi-berawak-planet-mars#.UzWE-qiSxpM